Dalam sebuah perjalanannya ke Israel, John D. Beckett, penulis buku "Loving Monday" mengunjungi suatu tempat yang diyakini sebagai tempat dimana Yesus berbicara tentang garam dan terang dunia dalam rangkaian Kotbah di Bukit.
Dia bercerita dalam bukunya, "Saya memandang jauh ke bukit-bukit indah yang mengelilingi Danau Galilea yang berwarna biru langit. Tempat itu sangat mempesona. Tatkala berbicara pada kerumunan orang banyak, Yesus menyadari bahwa pada bukit-bukit di atas danau itu ada ribuan orang dari berbagai desa kecil yang juga ingin mendengar sabdanya. Oleh sebab itu Dia memohon dengan sangat supaya mereka yang mendengar sabda-Nya meneruskan berita itu kepada orang-orang yang ada di sekeliling mereka."
Ya, itu sangat benar. Itulah mengapa Yesus berkata, "Kamu adalah garam dunia." Bagi mereka pada saat itu, "garam" artinya adalah zat yang dapat mengawetkan dan juga menimbulkan kehausan. Pada waktu mereka mendengarkan panggilan ini, mereka menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi mereka sebagai garam, hal itu bisa juga mendatangkan kepediahan. Meskipun demikian Yesus tetap berkata, "Jadilah asin."
Inilah petunjuk Yesus selanjutnya, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu."
Hal tersebut menegaskan bahwa sebagai orang percaya kita tidak boleh menyimpan berita kabar baik itu seorang diri saja. Kita harus menyatakan iman kita dalam tindakan nyata sehingga terang itu dapat menerangi orang lain dan garam itu dapat mengasinkan kehidupan orang lain.
Panggilan ini telah sampai kepada setiap kita hari ini. Kita adalah garam. Kita adalah terang. Kita adalah duta-duta kerajaan Allah, baik dalam bisnis, di dalam studi, di rumah, dan di manapun kita berada.
Setiap kali Anda menjalani hari yang baru dalam kehidupan Anda, sadarilah sebuah perintah yang Tuhan Yesus berikan dalam hidup Anda, "Jadilah asin." Sebab Dia berkata, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." (Matius 5:13).
Jika hidup Anda sudah tidak terasa asin lagi, tidak ada orang lain yang merasakan dampak keberadaan Anda, maka Tuhan akan menanyakan hal ini, "Apakah gunanya dirimu di zaman ini?" Sungguh sayang jika hidup yang penuh potensi itu terbuang dengan percuma.
Prinsip garam adalah mudah, Anda tidak harus terlihat atau tampil di depan untuk bisa memberi dampak. Prinsip garam adalah "tak terlihat tapi terasa." Anda harus melebur dalam dunia yang Anda ingin asinkan. Anda membuat gaya hidup Anda menjadi trend center bagi kamunitas Anda. Anda adalah terang dunia, jika Anda ada, maka kegelapan yang membuat orang-orang tidak bisa menemukan jalan keluar dari permasalahannya, akan muncul dan terlihat.
Dan sebagai duta Kerajaan Allah, pesan penting yang Anda emban adalah memberitakan kasih Raja segala raja dimanapun Anda ditempatkan. Jadi, selamat bertugas para duta besar. Anda pasti berhasil, karena Tuhan akan selalu menyertai Anda dalam tugas-tugas yang Anda emban.
Sumber : Jawaban.com